Broadcast Dekan Fakultas Psikologi UGM Soal Bahaya Pokemon Go Hoax
Permainan Pokemon Go sedang digandrungi
masyarakat. Permainan yang menggabungkan dunia virtual dan realita ini
dianggap bisa menjadi ancaman serius.
Hal tersebut disampaikan
dalam sebuah pesan berantai yang mengatasnamakan Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Berikut isi pesannya:
Copas dari grup sebelah
Dari: Prof Dr Tina Afiatin, MPsi (Dekan Fak Psikologi UGM)
Ancaman Serius dari Game Pokemon GO (BLOK) . Bagikan ...
Dunia sedang booming injeksi "Pembodohan" bernama aplikasi game Pokemon GO (BLOK).
Tanpa
disadari kaum bilderberg semakin canggih membangun perangkat
"intelijen" dalam bentuk game yang terbalut teknologi interconnecting
geospasial (maps) bernama Pokemon GO (BLOK)
Taukah anda
mengapa saya sebut permainan ini adalah perangkat intelijen yang sengaja
diciptakan untuk merekonsiliasi data citra fisik valid untuk memetakan
setiap sudut wilayah negara-negara dimana para user mengaktifkannya.
Dikala
satelit yang digunakan oleh google earth dan google maps tak mampu
menjangkau gambaran sempurna 3 dimensi dalam sebuah wilayah, maka mereka
menggagas ide baru memanfaatkan kebodohan para gamers atau gadget
maniac dalam menjalankan agenda maping intelijen NWO untuk memetakan
sistem pertahanan dan unit-unit vital setiap negara lewat game yang
mengkoneksikan fitur kamera, maps dan data celular.
Coba
bayangkan jika seluruh Pejabat, Tentara, Polisi, PNS dan masyarakat awam
berbondong memainkan game Pokemon GO (BLOK) ini diwilayah kerja
masing-masing..berapa banyak data valid bangunan fisik serta citra ruang
yang harusnya bersifat rahasia bagi suatu pertahanan negara dapat
diakses hanya karena kebodohan orang-orang itu yang seolah-olah diminta
mencari binatang bernama Pokemon itu.
Hal ini mengingatkan
saya pada sebuah teknik operasi intelijen yang dijalankan USA melalui
eksploitasi dan analisis pencitraan dan informasi geospasial dalam
menggambarkan fitur fisik dan aktivitas secara geografis di bumi atau
yang mereka sebut Geospatial Intelligence.
Salah satu contoh
pemanfaatan yang sangat jelas terlihat adalah pemanfaatan aplikasi
geoweb seperti Google Earth dan Google Maps oleh pasukan Amerika Serikat
dalam operasi penyergapan, penangkapan dan pembunuhan Osama bin Laden
di rumah persembunyiannya pada tanggal 2 Mei 2011 yang lalu.
Berkat
Google Maps dan Google Earth, mereka dapat mengikuti perjalanan Bin
Laden mulai dari Khartoum sampai Jalalabad sampai daerah terpencil
dimana ia bersembunyi lalu menemui akhir hidupnya di pakistan.
Jika
hal itu baru menggunakan sistem google earth yang hanya mencitrakan
bentuk datar dari atas satelit lalu bagaimana jika sistem itu semakin
sempurna dengan metode yang tak diduga-diduga dapat mengumpulkan data
fisik 3d faktual lewat sebuah aplikasi game.
Bayangkan jika
para menteri-menteri, jenderal-jenderal, perwira-perwira tinggi
Tentara/Polisi, DPR, Serta seluruh perangkat pegawai negeri sipil ikut
latah memainkan game tersebut akibat "booming trend" berapa banyak
rahasia data citra fisik yang bisa didapatkan gratis oleh provider game
yang telah bekerjasama dengan Institusi Intelijen Dunia itu.
Oleh
karena itu jangan anggap remeh sebuah teknologi berkedok entertainment
dan saya harap Presiden dapat memberikan warning kepada para perangkat
negara untuk tidak memainkan game tersebut dan bahkan karena berpotensi
sebagai ancaman bagi pertahanan dan keamanan negara maka game itu sah
untuk di bloking di Indonesia.
Mari asah terus daya nalar
dan kesadaran..Teknologi pada satu sisi memang bermanfaat tapi jangan
sampai anda dieksploitasi oleh Teknologi. Go to Hell Pokemon.
Investigasi:
detikcom
menghubungi pihak Fakultas Psikologi UGM. Nama Dekan Fakultas Psikologi
UGM bukan seperti yang ditulis dalam pesan tersebut, Prof Dr Tina
Afiatin, MPsi. Nama Dekan UGM yang benar adalah Supra Wimbarti, MSc,
PhD.
Saat dihubungi detikcom, Supra Wimbarti mengatakan informasi tersebut hoax. "Exactly itu hoax," ucapnya, Senin (18/7/2016).
Menurutnya
memang di Fakultas Psikologi ada dosen bernama Tina Afiatin. Namun
tidak menjabat sebagai dekan dan tidak pernah menulis pesan tersebut.
"Memang nama tersebut merupakan dosen di Fakultas Psikologi UGM, tapi tidak pernah menulis soal itu," tegasnya.
Supra
mengatakan, sejak pesan itu menyebar luas, Tina banyak mendapat
pertanyaan bertubi-tubi dari rekannya. Hal itu membuatnya merasa
terganggu.
"WA-nya sampai dimatikan karena banyak yang bertanya," ucap Supra.
Kesimpulan:
Pesan berantai soal ancaman game Pokemon Go yang mengatasnamakan Dekan Fakultas UGM adalah hoax atau tidak benar.
0 komentar:
Post a Comment